SENJA TAK
PERNAH SIRNA
Mengapa
terkadang suatu senja begitu indah sementara senja yang lainnya seperti biasa
saja.
Aku tengah duduk bersandar pada sebuah pohon besar di tepi halaman
belakang gedung sekolah “TK AL-KHOIRIYAH” tak jauh dari rumahku. Sepasang bola
mata tertuju pada titik cakrawala tempat sang raja siang terbenam. Aku
berteriak sekeras mungkin, melepas beban yang sejak tadi aku pikul di kepala
ini.kemudian aku berhente setelah merasa ada seseorang yang sejak tadi
memperhatikanku dan berfikir untuk meninggalkan tempat yang dari tadi menopang
tubuhku. Namun tubuh ini ini tak mau turut pada sang pikiran ini. Aku telah
menyatu dengan alam, di perintah untuk menemani kicau burung dan kepak sayap
kupu-kupu di hamparan bunga-bunga tepat di depanku, atau ikut menari dengan
pohon yang tersapa angin lembut. Aku selalu membayangkan rasanya menjadi
seperti mereka, hidup bebas menikmati ketenangan yang telah di sediakan oleh
pemilik alam dan menjadi bagian indah dari mata setiap orang. Aku tak ingin absen
menikmati jatuhnya sang raja siang dengan siluet ke merah-merahannya.
“kenapa kamu teriak” suara asing
terdengar di telingaku.
Aku
tau dialah orang yang dari tadi memperhatikanku. Aku diam tanpa menolehke
arahnya.
“namaku yudhi. Kamu siapa ?”
Aku
tetap diam tak menghiraukan pertanyaan darinya, sampai pada akhirnya dia
menepuk bahu kananku.
“aku tak punya nama”
“baiklah aku akan panggil kamu
kimi singkatan dari kimi wa boka no mono artinya aku menyukaimu”
Aku
terkejut menatap yudhi dan segera menaikan garis di mulutku.
“terima kasih”
“jadi, apa yang membuatmu selalu
datang ke tempat ini”
“aku suka senja. Apalagi saat
warnanya berubah menjadi lebih pekat, dimana burung selalu terbang seakan
senjalah tempat mereka untuk pulang”
“aku tak begitu mengerti tentang
senja” ujar yudhi kecewa.
J J J
Perkenalan pertama dengan yudhi
tentang senja membuat kami semakin dekat. Sampai saat ini, dia tetap
memanggilku dengan nama “kimi”. Aku tak pernah berfikir untuk memberitahukan
nama asliku padanya. Aku juga tidak ingin tahu tentang dirinya. Hanya saja
meski dengan semua ketidak ingin tahuanku tentang dirinya, diam-diam aku punya
pendapat tersendiri tentang dia. Menurutku dia adalah remaja labil yang
terkadang semangatnya memuncak dan turun begitu saja. Disanala peranku, dimana
aku harus berusaha menstabilkan emosinya. Jelas hal itu sangat menyebalkan
untukku, aku seperti wadah untuk menampung semua keluhannya. Namun aku tak
pernah bisa membungkamnya, semuanya reflex begitu saja.Tapi aku tetap bersyukur
telah mengenal dia, dengan senja sebagai saksinya.
Belum lama ini aku tahu kalau dia
adalah murid kelas XII-Ipa yang akan segera menghadapi UN pada
tahun ini. Informasi itu aku dapatkan ketika dia semangat membeberkan rencana
untuk masa depannya dan tiba-tiba semangatnya hilang terganti oleh keluhan
untuk menghadapi UN yang akan segera dilaksanakan satu minggu lagi.
Waktu itu seperti biasa, kami
bertemu di tempat yang sama, dimana kami berdua selalu melihat senja dengan
jelas . aku duduk sejajar dengan posisi yudhi yang kala itu tengah mengamati
detik-detik hadirnya sang senja. Aku melihat kearahnya, tatapan yudhi berbinar
saat sang senja perlahan muncul di hadapannya.
“kim” ujar yudhi tanpa
mengalihkan pandangannya , kemudian berdiri.
“saat lulus nanti, aku ingin
secepatnya menggapai cita-citaku menjadi pembuat robot terhebat dalam sejarah”
ujar yudhi dengan menghembuskan nafasnya.
“ pembuat robot ?”
“ iya kim.. lihat bentangan sawah
dan taman di depan kita. Hanya tamannya sajakan yang terlihat rapi dan indah.
Tapi sawahnya ? hanya orang tua yang mengurusnya sedangkan anak muda sekarang
tidak mau ikut campur untuk melestarikan sawah tersebut. Padahal kita makan
dari beras yang di ambil dari sawah-sawah ini”
Yudhi
kembali menghembuskan nafasnya dan melihat ke arahku.
“kamu pernah bilangkan ? kamu
ingin menjadi desainer mesin ! aku ingin membuat sebuah robot yang bisa
mengelola persawahan ini. Tapi aku mau kamu ikut ambil bagian menjadi desainer
robot itu , aku mau kita berkolaborasi untuk menghasilkan karya yang dapat di
kenang oleh orang banyak’
Melihat
keseriusan yudhi aku hanya tersenyum.
“aku masih kelas X Yud”
Seketika
itu yudhi kembali menatapku dengan serius, keseriusan yang tidak aku dapatkan
selama mengenal dia beberapa minggu yang lalu. Bukannya menanggapi keinginan
yudhi dengan serius aku malah tertawa dengan keseriusannya itu.
“ eta mata bisi kaluar (candaan
orang sunda)”
“kim aku serius” ucap yudhi yang
terlihat kesal dengan tingkahku.
“sejak kapan kamu bisa serius” tanyaku
dengan tawa yang masih terlihat di bibir ini.
“sejak pertemuan kita” jawab
yudhi.
“aku bakal nunggu kamu kim. Kita
sama-sama gapai cita-cita ini !”
Aku
di buat kaget dengan pernyataan yang di kemukakan yudhi padaku. Seketika itu
aku terdiam dan membalas pernyataan yudhi dengan senyuman.
“tapi kim”
Raut
wajah yudhi yang dari tadi terlihat serius dengan sepasang bola mata yang
berbinar di dalamnya, tiba-tiba sirna terbawa senja yang mulai pudar.
“aku bingung kim”
“bingung?kenapa?”
“apa aku bisa lulus UN dengan
nilai yang memuaskan ? apa aku bisa?”
“bermimpilah!” ucapku
“aku srius kim, kenapa kamu malah
nyuruh aku buat mimpi? Mana mungkin dengan bermimpi semuanya bisa selesai
dengan mudah” garis di wajah yudhi terlihat kecewa.
“mimpi dan kenyataan selalu
berdampingan yud, itu yang selalu aku percayai”
“maksud kamu ?”
“apa yang kita impikan pasti akan
terjadi ! selama kita bekerja keras, selau berdoa’ dan tawakal. Setelah semua
menjadi nyata tanamkan bahwa kamu tidak akan pernah berlaku sombong”
Dengan
jawabanku tadi, garis kecewa di wajah yudhi terlihat memudar dan terganti
dengan lengkungan manis di kedua sudut pipinya.
J J J
Malas mengikuti pelajaran
sosiologi, aku dan sahabatku “lia” telah
merencanakan sesuatu yang sejak kemarin kami pikirkan. Ya alasan untuk tak
mengikuti pelajaran sosiologi yang menyebalkan itu. Tentu saja rencana kami tak
berjalan dengan mudah terlebih lagi sang guru sosiologi yang selalu menyai
siswa/i yang mau terbebas dari pelajarannya dengan sangat teliti. Tapi kali
ini, dengan berfikir dari hari-hari sebelumnya kami dengan mudah bisa keluar
dan terbebas dari pelajaran sosiologi itu.
“pak” lia berdiri
Bapak
sosiolohi menghentikan penjelasannya dan melihat kearahku.
“ia” jawabnya singakat
“azky sakit pak”
Lia menunjuk kearahku yang kala itu tertunduk lesu. Mungkin bapak
sosiologi itu tak tega melihatku yang terlihat lemah dan pucat bagai orang
sakit yang tak sembuh berminggu-minggu. keberhasilan rencana kami ini, dengan aku
harus mengorbankan anggota tubuhku terjaga semalaman dan dampaknya lemah dan
pucat seperti saat ini. Tapi tak apa pengorbananku dan rencana kami mengelabui
bapak sosiologi itu berhasil, akhirnya kami di izinkan untuk ke reuang UKS.
Bukan main, lia terlihat begitu senang.
“az.. kamu gak apa-apakan ?”
Karena
tak terbiasa terjaga semalaman, aku benar-benar tak enak badan. Namun aku tak ingin mengubah perasaan senang lia
menjadi sedih karena rencana ini melukaiku. Aku menggelengkan kepala dan
tersenyum kearahnya.
“beneran?”
Aku
mengangguk.
“az, aku punya temen deket, kakak
kelas kita. Aku menyukai dia . nah.. momen yang bagus biar dapetin dia gimana
ya?”
“emmm.. semangatin dia aja li,
bentar lagi dia UNkan. Mungkin aja dia sekarang lagi butuh-butuhnya di
semangatin”
Lia
mengangguk kemudian tersenyum dengan yakin kearahku.
“bener juga ya. Makasih ya
sahabat terbaik aku” lia memelukku.
“lebay”
“azky” lia terlihat kesal dan
kembali dengan senyumannya.
J J J
Jelang satu minggu UN, yudhi tak
pernah menemuiku di belakang gedung sekolah seperti biasanya. Bahkan untuk
melihat senja bersamapun dia tak ada awaktu untuk melakukannya. Aku tahu
kesibukannya, aku juga sadar, aku yang telah memaksanya untuk tak dating ke
tempat ini agar dia bisa fokus ke pada UNnya dan fokus pada pelajarannya.
Tapi.. tak bisa ku sangkal, aku memang merindukannya. Merindukan semua keluhan
,semangatnya dan merindukan kekagumannya pada senja di tempat ini.
Dua minggu kemudian, setelah UN
telah selesai di laksanakan. aku tak juga melihat yudhi berkunjung ke tempat
ini, bahkan saat aku dating lebih awal dari biasanya. Jika saja ssekarang dia
berada di sampingku, duduk dan menatap masa depannya, aku ingin ingin sekali
mengatakan aku mau menggapai cita-citaku bersamanya yang sempat tak aku jawab
dulu. Dan sekarang ada puluhan pertanyaan yang ingin aku lontarkan padanya.
Tentang karya yang akan kami buat nati, tentang kehidupannya dan yang jelas
saat ini aku sangat ingin tahu segala hal tentang dia. Namun sayang, semua
hanya mimpi yang tak akan pernah menjadi nyata. Dan untuk pertama kalinya, aku
melihat senja yang biasanya sangat indah terlihat biasa saja .
J J J
Detik,menit,jam bahkan hari
semakin cepat berlalu. Dan aku masih sendiri menatap senja yang tidak terlihat
indah lagi. Sore ini di bawah pohon di saksikan oleh tenggelamnya sang raja
siang aku menjerit,menangis, merasa terhkianati oleh sebuah perasaan.
Pulang sekolah setelah acara
perpisahan kelas XII tadi, aku mendapati hal yang meobek hatiku. Hal yang tak
pernah aku cari tahu dan bahkan saat ini aku aku ingin menghapus ingatanku. Aku
terkejut melihat yudhi ada di barisan
kakak kelasku yang akan keluar itu, ternyata dia bersekolah di tempat yang sama
denganku tanpa aku sadari. Hal kedua yang membuatku sangat terkejut adalah
kenyataan bahwa yudhilah yang lia ceritakan di UKS waktu lalu.
“makasih az. berkat kamu ,aku
udah dapetin dia” ujar lia menunjuk kebarisan kedua tempat yudhi duduk bersama
kelas XII lainnya.
Saat itu aku hanya tersenyum pad
alia, bukan salahnya tapi salahku yang membiarkan perasaan ini tumbuh untuk
dia. Aku mengutuk perasaanku, perasaan salah untuk pria yang salah. Mengapa
harus dia? Mengapa tidak yang lain? Mengapa harus kenal? Mengapa?. Aku kembali
menghancurkan bendungan yang ada pada mata ini, meneteskan air mata di antara
kerikir dan rerumputan ini.
Tiba-tiba sebuah sentuhan
mendarat di kepalaku yang kala itu tengah tertunduk lesu. Aku kembali menjerit
tanpa melihat siapa yang menyentuh kepalaku ini. Perlahan perasaanku mulai
membaik dengan energy yang tersisa aku mengangkat kepalaku untuk melihat senja
yang akan segera pudar kemudian membenarkan kerudungku yang kusut karena air
mata ini. Aku menarik nafas dan mengeluarkannya secara perlahan.
“astagfirulloh” gumamku
Setelah
cukup merasa tenang, aku melihat ke arah pemilik tangan tadi , siap menerima
bahwa yudhilah yang melakukan itu dan dugaanku benar, dia sedang melihat
kearahku dengan tatapan yang tajam.
“pertama kali ketemu kamu teriak
kim, sekarang kamu nagis! Hadeh .. labil”
Hah
labil ? ucapan yudhi membuatku ingin teriak kalau dialah yang membuatku seperti
ini. Aku memalingkan wajahku darinya, tersenyum sinis padanya.
“kenapa?kenapa kamu kesini?”
ujarku dengan terbata-bata karena tangis yang belum sepenuhnya reda.
“aku ingin melihat senja
bersamamu”
“tapi aku gak..”
Belum
sempat menyelesaikan ucapanku, yudhi telah menghentikan gerak bibirku dengan
tangannya.
“soal lia, temanmu? Maaf kim, aku
tak bermaksud menyakitimu!” ucap yudhi dengan menyesal
“hanya saja aku tak ingin
kehilangan kamu. Aku tahu ini sakit untuk kamu. Aku salah tak jujur dari awal.
Aku salah, aku malah pergi setelah apa yang kamu lakuin untuk masa depanku”
“hentikan!: ucapku “kamu gak
ngerti yudh”
“iya kim, aku gak ngerti ! aku
salah kim. Aku hanya ingin kamu tetap menjadi senja untukku, aku salah. Aku
egois!! Aku menyesal kim” lanjut yudhi
“aku tak bisa yudh, aku tak bisa
menjadi senja nyata untukmu. Kamu punya lia ! bahagiakan saja dia. Sia adalah
senja baru untuk kamu”
“tidak kim. Kamu adalah senjaku,
sekalipun kamu tak bisa menjadi senja nyata untukku, izinkan kamu tetap menjadi
senja ghaib untukku. Kamu adalah senja yang tak aku dapati dari bumi manapun.”
“lupakan saja semua, biarlah
senja dilangit sana menjadi saksi perpisahan ini” ucapku
“gak kim.. aku menyayangi kamu”
Aku
berdiri menahan tangis dan menggelengkan kepalaku. Yudhi terlihat begitu
menyesal. Aku membalikan tubuh dan mengangkat kakiku untuk melangkah menjauh
dari pria salah ini.
“kim”
Aku
menghentikan langkahku,
“walau bagaimanapun anggapanmu ,
kamu adalah senja yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku minta sama kamu,
sebelum aku pergi jauh dari kehidupanmu, jangan pernah lupakan pertemuan kita
dulu. Aku bersyukur telah mengenalmu. Senja terindah yang Tuhan beri untukku..
aku menyayangi kamu”
Aku
melangkah menjauh dari yudhi , tak bisa terlalu lama menahan air mata, akhirnya
semua tumpah. Aku menghapus air mataku dan terus melangkah dari bayangan yudhi
di belakangku. Aku tahu dia masih melihat tak terima atas kepergianku.
“inilah taqdir. Biarlah aku saja
yang menulis cerita tentangmu, dimana kamu adalah burung yang akan pulang pada
senja. Aku juga bersyukur telah mengenalmu, hiasan senja yang tak akan sirna
pada diriku.aku juga sayang kamu” ujarku dalam hati.
J TAMAT J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar