Senin, 09 Februari 2015

cerbung"sweet seventeen" tugas indonesia



SWEET SEVENTEEN
               Malam pukul 21.00 purnama tak terlintas lagi, kilau sang bintang harus menyerah pada awan gelap yang menyuruhnya supaya tak bersinar malam ini. Hujan deras bukan main di tambah oleh suara pepohonan yang tersapu angin. Aku tersungkur di pojok kamar yang berukuran 4x5 m2. Semuanya gelap,aku tak mau mendengar, pandanganku kosong, aku muak setiap malam harus mendengar pertarungan orangtuaku.
               Aku tak mau tau apa yang mereka pertengkarkan. Hanya perkataan papa yang selalu terngiang-ngiang di telingaku “cerai”. Malam yang seharusnya membuat satu keluarga berkumpul di ruang keluarga dengan anak semata wayangnya sebagai putrid kemanjaannya,kini terbalik.. aku tersiksa.
               Kadang aku berpikir tak ada gunanya berada diantara mereka. “plak” satu tamparan mendarat di pipi mama, aku tersentak dan ingin berlari membela mama. Tapi apa dayaku ? aku tak bisa, mama tidak akan menghiraukanku. Kenapa ? apa dia tiak saying padaku .?
               “non” suara wanita setengahbaya membuyarkan lamunanku. Ia mengusap air mataku, aku menghambur kepelukannya. Hanya dia yang selalu memperhatikanku. Setiap kali dia menasihati aku agar bersabar dan tegar, karena dia juga aku enggan mengeluarkan air mataku untuk menangisi mereka, yang bahkan tak peduli terhadapku.
               Matahari tersenyum menyambut pagi, aku bersiap-siap ke sekolah, meski kadang aku merasa malas. Seperti biasa papa dan mama sudah tidak ada di rumah, hanya pesan dari mama saja supaya aku sarapan. Tapi aku malas, aku ingin segera berada di sekolah bertemu teman-temanku yang centil itu. Mereka selalu bisa membuatku lupa pada masalah yang aku hadapi.
               Aku baru saja turun dari mobilku, ketika monita dan rena muncul di belakangku. Suaranya yang cempreng hampir mencopotkan jantungku. Melihat aku yang kaget, mereka malah tertawa terbahak-bahak.
               “eh san liburan kemana ?” Tanya monica.
               Aku terdiam, liburan gimana? Pikirku
               “kalau aku di ajak papa dan mama ke puncak, seru deh ..! tadinya aku mau ajak kamu, tapi pasti kamu juga liburan ketempat yang lebih serukan ?” cerita monika.
               “kalau aku sih biasa saja, tengokin emihku di tasik. Sambil syukuran empat bulanan mamaku yang lagi hamil “ seru rena anak asal bandung yang baru sebulan jadi temanku.
               “San,! Malah diam..?” tukas monica.
               Aku hanya tersenyum. Ahhhh… alangkah bahagianya kehidupan keluarga mereka…
               Saat mata tak lagi bersahabat mendengar suara bapak kimia yang terdengar sayup, tiba-tiba terdengar bunyi lonceng tanda pelajaran berakhir, dalam sedetik kelas berubah jadi pasar. Sia-sia saja bapak kimia mengetuk-ngetuk meja dengan penghapus kayu yang hamper ruksak karena di lempar kesana kemari oleh rangga si anak kepala sekolah yang terkenal dengan kebandelannya itu.
               Aku malas ikut-ikutan seperti mereka, entah hanya perasaanku saja, waktu terlalu cepat berdetak. Aku malas pulang ke rumah.
               “hei mo, pulang gak ?” monica mengagetkanku
               “aku mau pulang cepat, soalnya mama mengajakku pergi ke dokter kandungan san “ ceroscos rena yang lagi-lagi mengingatkanku pada mama.
               “huh.. yang hamil itu kamu, atau mama kamu ?” sindir monica.
               Alangkah senangnya keluarga rena,sudah keluarganya yang harmonis dan sekarang Tuhan telah memberikan sang jabang bayi, calon adik rena. Aku yang selalu mengharapkan kehadiran seorang adik, serasa mustahil terlaksana.
               “hei san,,! Kelamaan mikir ahh. Kita duluan yah.!” Tukas monica yang segera meninggalkan aku setelah aku mengangguk.
                Dengan lesu ku bereskan buku-buku yang hanya terisi oleh coretan-coretan kecil.
               “san supirmu udah nunggu tuh !” ucap habib, sang ketua kelas di ambang pintu.
Murid blesteran arab-indo itu telah mengisi hatiku 6 bulan yang lalu, namun tak sempat aku utarakan karena aku terlalu sibuk dengan orangtuaku. Aku juga malas pacaran sebagaimana anak-anak 16 tahun dan juga teman-temanku yang selalu nyerocos tentang cowok-cowoknya.. aku pikir dengan urusan orangtuaku saja , aku sudah merasa defresi.
               Senja mulai dating, aku berdiam di teras rumah. Memandang langit yang tak sesuram kemarin. Ah… kadang aku tak ingin menghadapi malam yang selalu suram bagiku.tapi semenjak pulang sekolah, aku tak melihat orangtuaku. Aku rasa lebih baik seperti itu.
               Saat aku tersadar, aku sudah terbaring di kasur kamarku, mungkin aku terlalu lelah sehingga aku tak ingat. Berkali-kali bi minah membujukku untuk makan sesuap saja. Tapi aku menolak, aku tak punya rasa lapar lagi.     
               “Neng, sudah bangun ? air hangat dan sarapan sudah bibi siapkan!”
               “ semalam mama dan papa pulang ?” tanyaku.
               “malam sih pulang, tapi pukul 05.00 nyonya pergi lagi” jawab bi minah ragu.
               Aku tak mau mendengar lebih lanjut lagi, dengan sedikit kantuk , aku pergi ke kamar mandi dan berangkat ke sekolah tanpa sarapan.
              
Bersambung…..
                                                                                                                                                      Kimi azkyra J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar