Selasa, 28 April 2015

Cerpen Masa Sekolah "Senja Tak Pernah sirna"




SENJA TAK PERNAH SIRNA
Mengapa terkadang suatu senja begitu indah sementara senja yang lainnya seperti biasa saja.
            Aku tengah duduk bersandar pada sebuah pohon besar di tepi halaman belakang gedung sekolah “TK AL-KHOIRIYAH” tak jauh dari rumahku. Sepasang bola mata tertuju pada titik cakrawala tempat sang raja siang terbenam. Aku berteriak sekeras mungkin, melepas beban yang sejak tadi aku pikul di kepala ini.kemudian aku berhente setelah merasa ada seseorang yang sejak tadi memperhatikanku dan berfikir untuk meninggalkan tempat yang dari tadi menopang tubuhku. Namun tubuh ini ini tak mau turut pada sang pikiran ini. Aku telah menyatu dengan alam, di perintah untuk menemani kicau burung dan kepak sayap kupu-kupu di hamparan bunga-bunga tepat di depanku, atau ikut menari dengan pohon yang tersapa angin lembut. Aku selalu membayangkan rasanya menjadi seperti mereka, hidup bebas menikmati ketenangan yang telah di sediakan oleh pemilik alam dan menjadi bagian indah dari mata setiap orang. Aku tak ingin absen menikmati jatuhnya sang raja siang dengan siluet ke merah-merahannya.
               “kenapa kamu teriak” suara asing terdengar di telingaku.
Aku tau dialah orang yang dari tadi memperhatikanku. Aku diam tanpa menolehke arahnya.
               “namaku yudhi. Kamu siapa ?”
Aku tetap diam tak menghiraukan pertanyaan darinya, sampai pada akhirnya dia menepuk bahu kananku.
               “aku tak punya nama”
               “baiklah aku akan panggil kamu kimi singkatan dari kimi wa boka no mono artinya aku menyukaimu”
Aku terkejut menatap yudhi dan segera menaikan garis di mulutku.
               “terima kasih”
               “jadi, apa yang membuatmu selalu datang ke tempat ini”
               “aku suka senja. Apalagi saat warnanya berubah menjadi lebih pekat, dimana burung selalu terbang seakan senjalah tempat mereka untuk pulang”
               “aku tak begitu mengerti tentang senja” ujar yudhi kecewa.
                                                                           J J J
               Perkenalan pertama dengan yudhi tentang senja membuat kami semakin dekat. Sampai saat ini, dia tetap memanggilku dengan nama “kimi”. Aku tak pernah berfikir untuk memberitahukan nama asliku padanya. Aku juga tidak ingin tahu tentang dirinya. Hanya saja meski dengan semua ketidak ingin tahuanku tentang dirinya, diam-diam aku punya pendapat tersendiri tentang dia. Menurutku dia adalah remaja labil yang terkadang semangatnya memuncak dan turun begitu saja. Disanala peranku, dimana aku harus berusaha menstabilkan emosinya. Jelas hal itu sangat menyebalkan untukku, aku seperti wadah untuk menampung semua keluhannya. Namun aku tak pernah bisa membungkamnya, semuanya reflex begitu saja.Tapi aku tetap bersyukur telah mengenal dia, dengan senja sebagai saksinya.
               Belum lama ini aku tahu kalau dia adalah murid kelas XII-Ipa yang akan segera menghadapi UN pada tahun ini. Informasi itu aku dapatkan ketika dia semangat membeberkan rencana untuk masa depannya dan tiba-tiba semangatnya hilang terganti oleh keluhan untuk menghadapi UN yang akan segera dilaksanakan satu minggu lagi.


               Waktu itu seperti biasa, kami bertemu di tempat yang sama, dimana kami berdua selalu melihat senja dengan jelas . aku duduk sejajar dengan posisi yudhi yang kala itu tengah mengamati detik-detik hadirnya sang senja. Aku melihat kearahnya, tatapan yudhi berbinar saat sang senja perlahan muncul di hadapannya.
               “kim” ujar yudhi tanpa mengalihkan pandangannya , kemudian berdiri.
               “saat lulus nanti, aku ingin secepatnya menggapai cita-citaku menjadi pembuat robot terhebat dalam sejarah” ujar yudhi dengan menghembuskan nafasnya.
               “ pembuat robot ?”
               “ iya kim.. lihat bentangan sawah dan taman di depan kita. Hanya tamannya sajakan yang terlihat rapi dan indah. Tapi sawahnya ? hanya orang tua yang mengurusnya sedangkan anak muda sekarang tidak mau ikut campur untuk melestarikan sawah tersebut. Padahal kita makan dari beras yang di ambil dari sawah-sawah ini”
Yudhi kembali menghembuskan nafasnya dan melihat ke arahku.
               “kamu pernah bilangkan ? kamu ingin menjadi desainer mesin ! aku ingin membuat sebuah robot yang bisa mengelola persawahan ini. Tapi aku mau kamu ikut ambil bagian menjadi desainer robot itu , aku mau kita berkolaborasi untuk menghasilkan karya yang dapat di kenang oleh orang banyak’
Melihat keseriusan yudhi aku hanya  tersenyum.
               “aku masih kelas X Yud”
Seketika itu yudhi kembali menatapku dengan serius, keseriusan yang tidak aku dapatkan selama mengenal dia beberapa minggu yang lalu. Bukannya menanggapi keinginan yudhi dengan serius aku malah tertawa dengan keseriusannya itu.
               “ eta mata bisi kaluar (candaan orang sunda)”
               “kim aku serius” ucap yudhi yang terlihat kesal dengan tingkahku.
               “sejak kapan kamu bisa serius” tanyaku dengan tawa yang masih terlihat di bibir ini.
               “sejak pertemuan kita” jawab yudhi.
               “aku bakal nunggu kamu kim. Kita sama-sama gapai cita-cita ini !”
Aku di buat kaget dengan pernyataan yang di kemukakan yudhi padaku. Seketika itu aku terdiam dan membalas pernyataan yudhi dengan senyuman.
               “tapi kim”
Raut wajah yudhi yang dari tadi terlihat serius dengan sepasang bola mata yang berbinar di dalamnya, tiba-tiba sirna terbawa senja yang mulai pudar.
               “aku bingung kim”
               “bingung?kenapa?”
               “apa aku bisa lulus UN dengan nilai yang memuaskan ? apa aku bisa?”
               “bermimpilah!” ucapku
               “aku srius kim, kenapa kamu malah nyuruh aku buat mimpi? Mana mungkin dengan bermimpi semuanya bisa selesai dengan mudah” garis di wajah yudhi terlihat kecewa.
               “mimpi dan kenyataan selalu berdampingan yud, itu yang selalu aku percayai”

               “maksud kamu ?”
               “apa yang kita impikan pasti akan terjadi ! selama kita bekerja keras, selau berdoa’ dan tawakal. Setelah semua menjadi nyata tanamkan bahwa kamu tidak akan pernah berlaku sombong”
Dengan jawabanku tadi, garis kecewa di wajah yudhi terlihat memudar dan terganti dengan lengkungan manis di kedua sudut pipinya.
                                                                                          J J J
               Malas mengikuti pelajaran sosiologi, aku dan sahabatku “lia”  telah merencanakan sesuatu yang sejak kemarin kami pikirkan. Ya alasan untuk tak mengikuti pelajaran sosiologi yang menyebalkan itu. Tentu saja rencana kami tak berjalan dengan mudah terlebih lagi sang guru sosiologi yang selalu menyai siswa/i yang mau terbebas dari pelajarannya dengan sangat teliti. Tapi kali ini, dengan berfikir dari hari-hari sebelumnya kami dengan mudah bisa keluar dan terbebas dari pelajaran sosiologi itu.
               “pak” lia berdiri
Bapak sosiolohi menghentikan penjelasannya dan melihat kearahku.
               “ia” jawabnya singakat
               “azky sakit pak”
Lia menunjuk kearahku yang kala itu tertunduk lesu. Mungkin bapak sosiologi itu tak tega melihatku yang terlihat lemah dan pucat bagai orang sakit yang tak sembuh berminggu-minggu. keberhasilan rencana kami ini, dengan aku harus mengorbankan anggota tubuhku terjaga semalaman dan dampaknya lemah dan pucat seperti saat ini. Tapi tak apa pengorbananku dan rencana kami mengelabui bapak sosiologi itu berhasil, akhirnya kami di izinkan untuk ke reuang UKS. Bukan main, lia terlihat begitu senang.
“az.. kamu gak apa-apakan ?”
Karena tak terbiasa terjaga semalaman, aku benar-benar tak enak badan. Namun  aku tak ingin mengubah perasaan senang lia menjadi sedih karena rencana ini melukaiku. Aku menggelengkan kepala dan tersenyum kearahnya.
               “beneran?”
Aku mengangguk.
               “az, aku punya temen deket, kakak kelas kita. Aku menyukai dia . nah.. momen yang bagus biar dapetin dia gimana ya?”
               “emmm.. semangatin dia aja li, bentar lagi dia UNkan. Mungkin aja dia sekarang lagi butuh-butuhnya di semangatin”
Lia mengangguk kemudian tersenyum dengan yakin kearahku.
               “bener juga ya. Makasih ya sahabat terbaik aku” lia memelukku.
               “lebay”
               “azky” lia terlihat kesal dan kembali dengan senyumannya.
                                                                           J J J
               Jelang satu minggu UN, yudhi tak pernah menemuiku di belakang gedung sekolah seperti biasanya. Bahkan untuk melihat senja bersamapun dia tak ada awaktu untuk melakukannya. Aku tahu kesibukannya, aku juga sadar, aku yang telah memaksanya untuk tak dating ke tempat ini agar dia bisa fokus ke pada UNnya dan fokus pada pelajarannya. Tapi.. tak bisa ku sangkal, aku memang merindukannya. Merindukan semua keluhan ,semangatnya dan merindukan kekagumannya pada senja di tempat ini.

               Dua minggu kemudian, setelah UN telah selesai di laksanakan. aku tak juga melihat yudhi berkunjung ke tempat ini, bahkan saat aku dating lebih awal dari biasanya. Jika saja ssekarang dia berada di sampingku, duduk dan menatap masa depannya, aku ingin ingin sekali mengatakan aku mau menggapai cita-citaku bersamanya yang sempat tak aku jawab dulu. Dan sekarang ada puluhan pertanyaan yang ingin aku lontarkan padanya. Tentang karya yang akan kami buat nati, tentang kehidupannya dan yang jelas saat ini aku sangat ingin tahu segala hal tentang dia. Namun sayang, semua hanya mimpi yang tak akan pernah menjadi nyata. Dan untuk pertama kalinya, aku melihat senja yang biasanya sangat indah terlihat biasa saja .
                                                                                          J J J
               Detik,menit,jam bahkan hari semakin cepat berlalu. Dan aku masih sendiri menatap senja yang tidak terlihat indah lagi. Sore ini di bawah pohon di saksikan oleh tenggelamnya sang raja siang aku menjerit,menangis, merasa terhkianati oleh sebuah perasaan.
               Pulang sekolah setelah acara perpisahan kelas XII tadi, aku mendapati hal yang meobek hatiku. Hal yang tak pernah aku cari tahu dan bahkan saat ini aku aku ingin menghapus ingatanku. Aku terkejut  melihat yudhi ada di barisan kakak kelasku yang akan keluar itu, ternyata dia bersekolah di tempat yang sama denganku tanpa aku sadari. Hal kedua yang membuatku sangat terkejut adalah kenyataan bahwa yudhilah yang lia ceritakan di UKS waktu lalu.
               “makasih az. berkat kamu ,aku udah dapetin dia” ujar lia menunjuk kebarisan kedua tempat yudhi duduk bersama kelas XII lainnya.
               Saat itu aku hanya tersenyum pad alia, bukan salahnya tapi salahku yang membiarkan perasaan ini tumbuh untuk dia. Aku mengutuk perasaanku, perasaan salah untuk pria yang salah. Mengapa harus dia? Mengapa tidak yang lain? Mengapa harus kenal? Mengapa?. Aku kembali menghancurkan bendungan yang ada pada mata ini, meneteskan air mata di antara kerikir dan rerumputan ini.
               Tiba-tiba sebuah sentuhan mendarat di kepalaku yang kala itu tengah tertunduk lesu. Aku kembali menjerit tanpa melihat siapa yang menyentuh kepalaku ini. Perlahan perasaanku mulai membaik dengan energy yang tersisa aku mengangkat kepalaku untuk melihat senja yang akan segera pudar kemudian membenarkan kerudungku yang kusut karena air mata ini. Aku menarik nafas dan mengeluarkannya secara perlahan.
               “astagfirulloh” gumamku
Setelah cukup merasa tenang, aku melihat ke arah pemilik tangan tadi , siap menerima bahwa yudhilah yang melakukan itu dan dugaanku benar, dia sedang melihat kearahku dengan tatapan yang tajam.
               “pertama kali ketemu kamu teriak kim, sekarang kamu nagis! Hadeh .. labil”
Hah labil ? ucapan yudhi membuatku ingin teriak kalau dialah yang membuatku seperti ini. Aku memalingkan wajahku darinya, tersenyum sinis padanya.
               “kenapa?kenapa kamu kesini?” ujarku dengan terbata-bata karena tangis yang belum sepenuhnya reda.
               “aku ingin melihat senja bersamamu”
               “tapi aku gak..”
Belum sempat menyelesaikan ucapanku, yudhi telah menghentikan gerak bibirku dengan tangannya.
               “soal lia, temanmu? Maaf kim, aku tak bermaksud menyakitimu!” ucap yudhi dengan menyesal
               “hanya saja aku tak ingin kehilangan kamu. Aku tahu ini sakit untuk kamu. Aku salah tak jujur dari awal. Aku salah, aku malah pergi setelah apa yang kamu lakuin untuk masa depanku”
               “hentikan!: ucapku “kamu gak ngerti yudh”

               “iya kim, aku gak ngerti ! aku salah kim. Aku hanya ingin kamu tetap menjadi senja untukku, aku salah. Aku egois!! Aku menyesal kim” lanjut yudhi
               “aku tak bisa yudh, aku tak bisa menjadi senja nyata untukmu. Kamu punya lia ! bahagiakan saja dia. Sia adalah senja baru untuk kamu”
               “tidak kim. Kamu adalah senjaku, sekalipun kamu tak bisa menjadi senja nyata untukku, izinkan kamu tetap menjadi senja ghaib untukku. Kamu adalah senja yang tak aku dapati dari bumi manapun.”
               “lupakan saja semua, biarlah senja dilangit sana menjadi saksi perpisahan ini” ucapku
               “gak kim.. aku menyayangi kamu”
Aku berdiri menahan tangis dan menggelengkan kepalaku. Yudhi terlihat begitu menyesal. Aku membalikan tubuh dan mengangkat kakiku untuk melangkah menjauh dari pria salah ini.
               “kim”
Aku menghentikan langkahku,
               “walau bagaimanapun anggapanmu , kamu adalah senja yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku minta sama kamu, sebelum aku pergi jauh dari kehidupanmu, jangan pernah lupakan pertemuan kita dulu. Aku bersyukur telah mengenalmu. Senja terindah yang Tuhan beri untukku.. aku menyayangi kamu”
Aku melangkah menjauh dari yudhi , tak bisa terlalu lama menahan air mata, akhirnya semua tumpah. Aku menghapus air mataku dan terus melangkah dari bayangan yudhi di belakangku. Aku tahu dia masih melihat tak terima atas kepergianku.
               “inilah taqdir. Biarlah aku saja yang menulis cerita tentangmu, dimana kamu adalah burung yang akan pulang pada senja. Aku juga bersyukur telah mengenalmu, hiasan senja yang tak akan sirna pada diriku.aku juga sayang kamu” ujarku dalam hati.



                                                                           J TAMAT J